Tikus putih, ya tikus jenis ini tidak berdampak buruk bagi manusia, bahkan sangat bermanfaat.
Hal ini karena tikus putih banyak digunakan sebagai bahan percobaan, terutama di lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Tikus-tikus putih tersebut digunakan oleh peneliti yang membutuhkan mahluk hidup sebagai bahan percobaannya, misalnya bidang kedokteran atau farmasi.
Selain itu, banyak penghobi yang menggunakan tikus sebagai makanan untuk peliharaan seperti reptil.
Saat ini, tikus putih kerap menjadi hewan peliharaan alternatif selain hamster.
Oleh karena itu, tidak sedikit pula yang memang sengaja memelihara tikus putih karena cenderung lebih jinak dan tidak menggigit.
Warnanya yang putih juga membuat penghobi tidak menganggapnya sebagai hewan yang kotor dan jorok.
Memang, si putih ini tidak suka bermain-main seperti hamster, tetapi gerakannya lebih lincah daripada hamster.
Pilihan warna tikus saat ini juga mulai berkembang, yakni ada yang coklat, abu-abu, belang-belang, atau emas dengan warna bulu yang mengkilap.
Melihat peluang tersebut maka beternak tikus putih bisa dijadikan salah satu kegiatan hobi yang meguntungkan.
A. Memilih Tempat
Untuk beternak tikus sebenarnya tidak sulit karena lokasi usahanya bisa dilakukan dimana saja, asalkan lokasinya tersebut aman.
Teras rumah, salah satu sudut ruangan di dalam rumah, atau kamar kosong bisa menjadi pilihan beternak.
Jadi, tidak ada alasan penghobi yang ingin menekuni usaha ini sulit untuk menentukan lokasi.
Namun, yang penting diperhatikan jika beternak tikus di rumah adalah jauhkan dari jangkauan anak-anak balita atau hindarkan dari gangguan hewan peliharaan lainnya, seperti kucing atau anjing.
Mengenai luas ruangan yang dibutuhkan sebaiknya disesuaikan dengan kapasitas usaha, seperti jumlah tikus yang akan dipelihara dan kemungkinan perkembangan usaha setelah berjalan beberapa waktu.
Ruangan 3 m x 4 m sudah cukup untuk memulai usaha ternak tikus putih.
B. Sarana dan Prasarana
Beberapa sarana dan prasarana untuk menunjang usaha beternak tikus putih adalah sebagai berikut :
1. Wadah pemeliharaan
Tidak seperti tikus pada umumnya, ukuran tikus putih relatif lebih kecil.
Oleh karena itu, wadah yang digunakan juga sederhana, yakni bisa berupa baskom plastik berukuran 30 cm x 30 cm x 20 cm.
Jika penggunaan lahan ingin lebih efisien, bisa dengan membuat bangunan vertikal berbahan besi dengan rak-rak untuk meletakkan wadah-wadah tersebut.
2. Pakan
Pakan yang diberikan untuk tikus putih biasanya berupa pelet khusus untuk peliharaan.
Saat ini, pelet komersil bisa diperoleh di pet shop.
Pakan dapat diberikan dengan pemberian 5-10% dari bobot badannya per hari.
3. Sarana Pendukung lainnya
Sarana pendukung untuk pemeliharaan tikus putih bisa diperoleh dengan harga relatif murah di pet shop.
Sarana yang dibutuhkan untuk beternak tikus putih antara lain botol bekas minuman, jaring kawat, dan serbuk kayu.
Tempat pakan burung bisa digunakan sebagai wadah menyimpan pakan.
Sementara botol minuman yang digunakan adalah yang tutupnya sudah dimodifikasi sehingga menyerupai sedotan, tetapi tidak akan tumpah bila posisinya dibalik.
Jaring kawat digunakan untuk menutup wadah sehingga tikus putih tidak bisa meloncat keluar.
Serbuk kayu digunakan sebagai alas pada wadah.
Penggunaannya bisa digantikan dengan jerami, sekam padi, atau potongan-potongan kertas.
C. Beternak Tikus Putih
Dalam beternak tikus putih, hal-hal yang harus diperhatikan adalah memilih induk dan teknik mengawinkannya.
1. Pemilihan induk
Setelah wadah dan sarana pendukung untuk pemeliharaan tikus putih sudah siap, tahap selanjutnya adalah menyiapkan indukan.
Pada umumnya, tikus putih sudah bisa dikawinkan pada umur 2,5 bulan.
Namun, sebaiknya induk yang dipilih yang berumur minimal tiga bulan agar kondisi fisiologinya benar-benar siap untuk dikawinkan dan hindari penggunaan induk yang sudah tua, yakni yang telah berumur lebih dari 12 bulan.
Antara induk jantan dan induk betina dapat dibedakan dari alat kelaminnya.
Alat kelamin jantan jaraknya cukup jauh dari anusnya, diantaranya akan terlihat testis yang cukup besar.
Sementara itu, alat kelamin betina jaraknya berdekatan dengan anus.
Selain itu, pada betina terdapat puting susu yang menonjol.
2. Proses kawin induk dan perawatan anak tikus
Setelah induk siap kawin maka langkah selanjutnya adalah mengawinkannya.
Seperti diketahui, tikus merupakan mamalia yang cepat berkembangbiak sehingga tikus tergolong mudah untuk dikembangbiakkan.
Selain itu, pemeliharaannya juga tidak terlalu sulit.
Untuk memulai beternak tikus putih, bisa mengawalinya dengan 100 indukan (75 ekor betina dan 25 ekor jantan).
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam beternak tikus putih.
- Siapkan wadah (baskon berukuran 30 cm x 30 cm x 20 cm) yang sudah dilengkapi dengan serbuk kyu, botol minum dan penutup jaring kawat.
- Letakkan indukan tikus putih berumur 3 bulan dan berbobot minimal 200 gram (empat ekor dalam satu wadah). Perbandingan antara betina dan jantan tiap kali perkawinan 3 : 1. Setelah digabung, induk jantan akan mengawini satu betina dan jika masih memungkinkan akan mengawini betina lainnya. Betina akan bunting selama 21 hari dan akan menghasilkan 5-15 ekor anak tikus putih yang biasa disebut cindil.
- Setelah lahir, cindil dibiarkan tetap bersama induknya dalam kandang untuk disusui sampai berumur 21 hari. Selama menyusui, induk harus mendapatkan asupan makanan yang cukup berupa pelet.
- Pada umur 22 hari, pisahkan cindil dari induknya dan berikan pakan berupa pelet dengan kandungan protein 21-23% hingga berumur dua bulan. Setelah berumur dua bulan, anakan tikus putih diberikan pelet dengan kandungan protein 18-20%. Pastikan pakan selalu tersedia setiap saat didalam kandang.
- Bersihkan kandang setiap 3-7 hari sekali tergantung banyaknya tikus putih di dalam wadah.
- Dalam waktu 2,5 bulan akan diperoleh tikus putih dengan bobot sekitar 200-300 gram dan siap untuk dijual.
- Pertumbuhan lambat dan bobotnya tidak mencapai 200 gram ketika berumur dua bulan, bahkan kurang dari 150 gram.
- Memiliki gangguan saraf, yakni ditandai dengan posisi kepala dan jalannya yang miring dan biasa disebut tikus "tengleng".
- Cacat secara genetis yang ditandai dengan struktur tubuh yang tidak lengkap, misalnya ekornya pendek atau tidak memiliki ekor.