Lele merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi yang banyak diusahakan oleh pembudidaya.
Hal ini tidak lepas dari kebutuhannya yang juga besar.
Sebagai pemula, sangat disarankan memiliki segmen usaha pembesaran lele.
Alasannya sebenarnya cukup sederhana.
Jika dibandingkan dengan usaha pembenihan yang begitu besar tingkat resikonya, seperti kematian benih yang tinggi, usaha pembesaran jauh lebih sederhana dan mudah untuk dipelajari.
Mempelajari usaha pembesaran lele tidak sesulit usaha pembenihan.
Seseorang yang ingin terjun dalam usaha pembenihan harus memahami dengan baik teknik pembenihan, pengelolaan air serta manajemen pemeliharaan induk dan benih.
Sementara usaha pembesaran, cukup memahami teknik pembesaran benih dan cara perawatannya yang benar.
Jika tertarik membesarkan lele, sebaiknya mulai dari skala kecil.
Hal ini dimaksudkan kelak jika terjadi gagal panen, resiko yang ditanggung juga kecil.
Selain skala usaha, calon pembudidaya sebaiknya menggunakan lele unggul, yaitu lele sangkuriang karena memiliki pertumbuhan yang cepat.
Hanya dengan pemeliharaan selama dua bulan, benih lele ukuran 7-8 cm sudah dapat dipanen menjadi ukuran konsumsi (8-12 ekor/kg).
A. Menentukan Lokasi
Halaman di sekitar rumah bisa menjadi alternatif tempat pembesaran lele.
Hal ini karena lele dapat dipelihara di lahan yang sempit/terbatas.
Dengan sepetak tanah ukuran 3 meter x 5 meter sudah cukup untuk membuat kolam terpal berukuran 15 m persegi.
Berdasarkan pengalaman sejumlah pembudidaya lele, dari kolam seluas itu dapat dihasilkan lele ukuran konsumsi hingga 400-500 kg.
Sungguh luar biasa bukan?
Memanfaatkan lahan pekarangan sebagai tempat pembesaran lele sebenarnya cukup menguntungkan.
Selain biaya sewa lahan tidak ada, pengontrolan ikan pun lebih mudah.
Akan lebih baik lagi jika di lahan pekarangan tersebut terdapat kolam ikan hias yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Kolam tersebut dapat di sulap menjadi kolam pembesaran lele.
Bagi mereka yang tinggal di pedesaan biasanya memiliki lahan kosong di belakang atau di samping rumahnya.
Selain untuk memelihara beberapa hewan ternak, lahan yang masih tersisa bisa digunakan untuk membuat kolam sebagai tempat pembesaran lele.
Namun demikian, saat akan memelihara lele, pastikan ketersediaan air mencukupi.
Syarat lain yang harus diperhatikan ketika memelihara lele di pekarangan adalah jangan sampai mengganggu tetangga di sekitar rumah.
Pastikan bau yang ditimbulkan dari pemeliharaan lele tidak mengganggu mereka.
B. Air Untuk Pembesaran
Tidak seperti ikan konsumsi pada umumnya, lele justru dapat hidup di air dengan kualitas jelek.
Bahkan, sejumlah pembudidaya sama sekali tidak mengganti air pemeliharaan lele selama periode pemeliharaan pembesaran hingga panen.
Akan tetapi, cara ini kurang baik apalgi jika diterapkan di pekarangan rumah.
Hal ini karena air pemeliharaan lele tersebut menimbulkan bau yang cukup menyengat sehingga dapat mengganggu kenyamanan penghuni rumah dan tetangga sekitar.
Untuk itu, teknik pembesaran lele yang dibahas ini menggunakan konsep penggantian air secara berkala. atas dasar tersebut, dibutuhkan ketersediaan air yang cukup.
Air sebaiknya memenuhi kriteria kualitas untuk pemeliharaan lele.
Adapun sumber air yang digunakan dapat berasal dari sumur atau sungai.
Namun, yang penting diperhatikan bahwa sumber air tersebut tidak tercemar oleh limbah industri atau tidak mengandung logam berat.
Jika sumber air relatif jauh dari lokasi usaha, sebaiknya memiliki tempat penampungan yang cukup.
Wadah penampungan dapat berupa toren.
Keuntungan jika memiliki penampungan air adalah kualitas dan kuantitas air dapat dikontrol.
C. Menyiapkan Kolam Terpal
Menyiapkan kolam terpal merupakan langkah awal sebelum memulai pembesaran lele.
Kolam terpal adalah kolam yang dibuat dengan menggunakan terpal plastik sebagai wadah menampung air pemeliharaan.
Pemilihan kolam terpal sebagai wadah pemeliharaan lele cukup tepat karena kolam ini dapat dipindah tempatkan atau dibongkar pasang.
Secara garis besar, ada dua kolam terpal, yaitu kolam terpla terletak di atas permukaan tanah dan kolam terpal yang ada di dalam tanah.
Kolam terpal diatas permukaan tanah membutuhkan dinding penyangga seperti bambu/anyaman bambu yang dilengkapi dengan tiang dari bambu/kayu atau penyangga dari batako yang disemen.
Sementara kolam terpal yang didalam tanah sebenarnya merupakan kolam tanah yang bagian dasar dan dindingnya dilapisi dengan terpal.
Untuk pembuatan kedua kolam tersebut relatif mudah sehingga pembudidaya dapat membuatnya sendiri.
Lahan dengan luasan sekitar 15-20 meter persegi dapat dibuat kolam terpal berukuran p x l x t = 5 m x 3 m x 1,2 m.
Terpal yang digunakan sebaiknya tipe A5 atau A6 dengan ukuran 8m x 6m.
Jenis terpal tersebut cukup tebal, tidak mudah sobek dan tahan lama.
Sebelum digunakan, kolam terpal sebaiknya dipersiapkan dengan baik.
Lakukan pencucian terpal hingga bersih, lalu keringkan dibawah sinar matahari sekitar dua hari.
Setelah kering, lakukan pengapuran denga cara semua bagian dasar dan dinding terpal dikuas dengan kapur dolomit yang telah dcampur dengan air.
Selanjutnya, onggokkan beberapa karung yang telah diisi pupuk kandang dimasing-masing sudut kolam.
Dosis pupuk kandang yang digunakan sekitar 300 gram/meter persegi.
Setelah itu, alirkan air ke dalam kolam hingga ketinggian 50 cm.
Ketinggian air hingga 1 meter dilakukan secara bertahap seiring dengan pertumbuhan lele.
Kolam dibiarkan sekitar tujuh hari agar media pemeliharaan ditumbuhi pakan alami untuk benih lele.
Kolam pun sipa ditebar benih lele.
D. Menyediakan Sarana dan Prasarana
Beberapa sarana dan prasarana yang untuk menunjang usaha pembesaran lele adalah sebagai berikut :
1. Benih
Kriteria benih yang berkualitas adalah sebagai berikut :
- Ukuran seragam
- Gerakan lincah
- Tidak cacat
- Bebas dari penyaikit
- Posisi tubuh dalam air normal
- Menghadap atau melawan arus jika diberi arus.
2. Pakan
3. Sarana Pendukung Lainnya
E. Proses Pembesaran
1. Penebaran benih
- Apungkan wadah/kemasan pengangkutan yang berisi benih (bisa berupa jerigen atau plastik) diatas permukaan air sekitar 15-30 menit.
- Buka wadah pengangkutan dan memasukkan air wadah pembesaran ke dalamnya sehingga air kolam bercampur dengan air kemasan.
- Biarkan benih keluar dengan sendirinya, yakni dengan cara memiringkan wadah.
2. Pemberian Pakan
- Pelet butiran kecil (ukuran 0,5 - 1 mm) diberikanuntuk benih lele sehari kedua pasca tebar hingga hari ke-13.
- Pelet butiran sedang (ukuran 2 mm) diberikan sejak hari ke-13 hingga hari ke-50.
- Pelet butiran besar (ukuran 3 mm) diberikan sejak hari ke-50 hingga panen.
3. Pengontrolan kualitas air
4. Penanggulangan hama dan penyakit
F. Waktu dan Cara Panen
- Jika kolam terpal tidak memiliki saluran pembuangan, gunakan pompa untuk mengeluarkan air yang diujung pipanya dipasang jaring sehingga lele tidak akan ikut tersedot.
- Ambil lele dengan mengggunakan jaring dan lakukan secara hati-hati untuk mengurangi stres atau luka.
- Lakukan sortasi antara lele yang siap panen dengan yang masih kecil.
- Masukkan lele yang dipanen ke dalam tempat pemberokan sekitar 1-2 hari sebelum konsumsi atau dijual.