Awalnya, jamur dikenal banyak orang sebagai salah satu tanaman yang bersifat parasit karena tumbuh di tempat yang lembap.
Namun, jamur juga kerap dikonsumsi manusia dan bermanfaat bagi kesehatan.
Dari sekian banyak jenis jamur, ada beberapa yang dapat dikonsumsi manusia dan bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya jamur tiram.
Saat ini, permintaan jamur tiram di pasar cukup tinggi sehingga banyak petani yang membudidayakannya dalam skala rumah tangga.
Hal ini karena berbagai olahan makanan berbahan baku jamur tiram sudah cukup familiar di masyarakat.
Usaha jamur terdiri dari pembibitan dan pembesaran, tetapi yang mudah untuk diaplikasikan oleh pemula adalah pembesaran.
Hal ini karena tidak memerlukan peralatan serta perlakuan khusus seperti halnya dalam usaha pembibitan.
Pemeliharaannya pun relatif mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Membudidayakan jamur tiram memang tidak sulit, hanya saja faktor lingkungan tumbuhnya harus sesuai dengan tempat asalnya.
A. Tempat Budidaya
Untuk memulai budidaya jamur tiram, pemilihan tempat tidak perlu dijadikan sebagai masalah karena bisa memanfaatkan salah satu ruangan yang tidak terpakai di dalam rumah.
Ruangan yang hanya digunakan untuik menyimpan benda-benda tidak terpakai/gudang dapat disulap menjadi ruang budidaya.
Target pembesaran jamur tiram adalah tubuh buahnya.
Untuk itu, faktor-faktor penting seperti intensitas cahaya, kelembapan dan suhu harus diatur sedemikian rupa sehingga sesuai kebutuhan pertumbuhan tubuh jamur.
Sirkulasi udara di dalam ruangan budidaya juga harus dipastikan lancar.
Oleh karena itu, ada baiknya bila ruangan yang akan dijadikan sebagai tempat pembesaran jamur tiram memiliki jendela/berventilasi.
Bila ruangan yang tersedia ternyata tidak memiliki jendela maka cara mudah yang dapat dilakukan adalah dengan membobol pelapon sehingga sirkulasi udara di ruangan tersebut menjadi lebih lancar.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan akan intensitas cahaya, bagian atap ruangan budidaya bisa dimodifikasi dengan menggunakan atap transparan atau dengan membuat lubang di atas ruangan.
B. Menyiapkan Media Tanam dan Peralatan
Jika ruangan dan rak sudah siap, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan baglog berisi campuran media yang kaya akan nutrisi sebagai tempat pertumbuhan tubuh jamur.
Baglog yang digunakan bisa berupa baglog siap pakai yang bisa dibeli dari penyedia bibit atau dengan membuatnya sendiri.
Bila ingin praktis, sebaiknya gunakan baglog siap pakai.
Namun, bila ingin membuat sendiri, hal pertama yang harus diperhatikan adalah persiapan penyediaan media.
Media untuk pembesaran jamur tiram antara lain substrat kayu, serbuk kayu, ampas tebu atau sekam.
Namun, yang banyak digunakan adalah serbuk kayu yang berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur.
Serbuk kayu yang digunakan sebaiknya bersumber dari kayu keras seperti kayu sengon atau kayu mahoni.
Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan jamur.
Serbuk kayu dapat diperoleh dari tempat pemotongan atau penggergajian kayu.
Serbuk kayu yang digunakan sebagai media pembesaran jamur harus dikomposkan terlebih dahulu, yakni dengan menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari.
Untuk menunjang pertumbuhan jamur, ke dalam serbuk kayu ditambah bahan lain seperti dedak halus, tepung jagung, dan gips atau kapur (CaCO3).
Proses pembuatan baglog belum selesai sampai disitu karena masih ada beberpa tahapan yang harus dilakukan, yakni proses penanaman bibit ke baglog.
Untuk menunjang proses ini, dibutuhkan prasarana berupa bibit semai, kantong plastik ukuran 20 cm x 30 cm untuk meletakkan campuran media, cincin paralon/bambu untuk mengikat plastik, pembakar bunsen, sendok spatula, serta alat sterilisasi baglog berupa drum atau oven/steamer.
C. Mendapatkan Bibit
Keberhasilan budidaya jamur tiram sangat tergantung dari bibit yang digunakan.
Jadi, penting untuk mengetahui asal usul bibit.
Bibit jamur tiram dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu membeli atau membuat sendiri.
Pembudidaya pemula berskala rumah tangga sebaiknya membeli bibit yang bisa langsung digunakan karena saat ini sudah banyak penyedai bibit jamur tiram yang sudah mengemas bibit dalam baglog siap pakai.
Selain memudahkan pembudidaya pemula, cara ini akan menghemat waktu karena hanya perlu menempatkan baglog ke dalam rak pembesaran sampai jamur siap panen.
Namun, jika tetap ingin membuat bibit sendiri maka harus mempersiapkan bibit semai yang bisa dibeli dari pembudidaya yang sudah ahli dan berpengalaman dalam membiakkan kultur murni.
Bibit semai tersebut selanjutnya akan ditanam ke dalam baglog berisi media pembesaran jamur.
D. Meyusun Media
Bila ingin menanam bibit sendiri, hal pertama yang harus dipersiapkan adalah menyusun media dalam baglog.
Berikut cara-cara dalam menyusun media dalam baglog :
- Siapkan bahan campuran media seperti serbuk kayu, tepung jagung, bekatul/dedak, kompos, dan kapur yang telah disterilkan sesuai dengan komposisi.
- Masukkan campuran media ke dalam plastik PE transparan yang tahan panas.
- Padatkan media dengan cara memukul-mukulnya menggunakan botol.
- Setelah media dimasukkan ke dalam plastik, sumbat bagian atas plastik, sumbat bagian atas plastik dengan kapas, kemudian ikat dengan cincin paralon atau potongan bambu. Plastik berisi media inilah yang disebut baglog.
- Masukkan baglog ke dalam oven pada suhu 121 derajat celcius untuk disterilisasi selama 15 menit, lalu dinginkan.
- Baglog siap ditanami bibit jamur.
E. Menanam Bibit
- Pastikan baglog yang digunakan steril.
- Sterilkan alat penanaman dengan menyemprotkan alkohol dan memanaskannya di atas api.
- Gunakan masker untuk memperkecil kontaminasi.
- Buka sumbatan baglog, lalu tebarkan bibit semai sebanyak satu sendok makan untuk baglog berukuran 20 cm x 30 cm.
- Tutup baglog dengan sumbatan kapas dan ikat kembali dengan cincin paralon atau potongan bambu.
- Diamkan di dalam ruangan pada suhu sekitar 25-30 derajat celcius selama kurang lebih 3-4 minggu, yakni hingga 80% baglog berisi misellum berwarna putih agak krem.
- Jika misellum sudah hampir memenuhi baglog, buka sumbatan pada cincin paralon/bambu sebagai tempat pertumbuhan tubuh buah.
F. Menempatkan Baglog
1. Baglog Ditempatkan Berderet di Rak
2. Baglog Ditumpuk Pada Satu Deret Rak
3. Baglog Digantung Secara Bertumpuk
G. Memelihara Baglog
1. Kelembapan
2. pH
3. Suhu
4. Intensitas Cahaya
5. Oksigen
H. Mengendalikan Hama dan Penyakit
1. Hama dan Pengendaliannya
- Faktor kelembapan, ulat biasanya muncul ketika udara terlalu lembap. Oleh karena itu, sering kali ulat muncul saat musim hujan. Pencegahannya adalah dengan mengatur sirkulasi udara dan untuk sementara penyiraman kumbung dihentikan.
- Lingkungan tidak bersih, lantai kumbung yang kotor, atau baglog yang sakit diletakkan berdekatan dengan bgalog lain. Pencegahannya adalah dengan selalu menjaga kebersihan tempat pemeliharaan dan segera membuang baglog yang telah terserang ulat.
2. Penyakit dan Pengendaliannya
I. Panen dan Pasca Panen
- Berumur lebih dari 40 hari, dihitung sejak tubuh buah tumbuh.
- Bagian tepi jamur meruncing, tetapi belum mekar penuh/pecah.
- Berukuran cukup besar.
- Tidak mudah rusak.
1. Penyortiran
- Pisahkan bagian tubuh buah dengan pangkalnya.
- Kelompokkan jamur tiram berdasarkan ukurannya.