Ikan jelawat banyak tersebar di daerah Kalimantan.
Meski masih belum begitu dikenal sebagai ikan budidaya, budidaya ikan jelawat kini sudah mulai dilakukan.
1. Pembenihan
Ikan jelawat baru dapat dipijahkan secara buatan, sedangkan pemijahan secara alami masih belum banyak dilakukan.
Adapun rangkaian proses pembenihan ikan jelawat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemilihan induk
Induk yang ideal untuk digunakan dalam pemijahan memiliki berat 2-4 kg dan berumur lebih dari 2 tahun.
Fekunditas ikan ini berkisar 160.000-235.000 butir/kg induk.
Induk yang digunakan tidak cacat fisik, baik baik bentuk badan maupun sisiknya.
Perlu diperhatikan, penanganan ikan berukuran lebih dari 4 kg akan lebih sulit untuk dilakukan.
Pemilihan induk matang gonad dapat dilakukan dengan cara menangkap induk dan melakukan pengamatan secara seksama terhadap genital papila dan ciri sekunder lainnya.
Pada ikan jelawat betina, genital papilanya berwarna merah dan sirip dadanya terasa halus jika diraba.
Sementara pada ikan jantan, genital papilanya berwarna merah dan berbentuk kerucut, sirip dada terasa kasar jika diraba, dan jika perutnya diurut akan mengeluarkan semen berwarna putih keruh.
Selanjutnya, induk yang terpilih ditempatkan dalam wadah yang terbuat dari waring, bak atau fiber berukuran 1 m x 1 m x 1 m.
Induk jantan dan betina sebaiknya dipisahkan.
Jumlah induk yang ditempatkan yaitu 5-10 ekor per wadah.
Induk yang terpilih ditimbang satu per satu, lalu disuntik dengan hormon.
Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah punggung.
Jika menggunakan kelenjar hipofisa, dosis yang digunakan sebanyak 3 dosis.
Satu bagian dosis diberikan pada penyuntikan awal, sedangkan 2 dosis sisanya pada penyuntikan akhir.
Jika menggunakan ovaprim, berikan dengan dosis 0,9 ml/kg.
Pada penyuntikan awal. dosis yang diberikan sebesar 0,3 ml/kg dan 0,6 ml/kg sisanya diberikan pada penyuntikan akhir.
Selang waktu antara penyuntikan pertama dan kedua yaitu 10-12 jam dan waktu pemijahan akan terjadi 8-10 jam setelah penyuntikan kedua.
Induk jantan disuntik dengan dosis 1/2 dari dosis yang diberikan pada induk betina dan diberikan bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
Proses pengeluaran sperma dari induk jantan dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
Sebagai catatan, induk jantan dibius terlebih dahulu dibandingkan dengan induk betina.
- Sebelum dilakukan pengurutan, bius induk jantan dengan phenoxy etanol, MS222, atau minyak cengkeh. Dosis untuk pembiusan dapat diberikan sebanyak 3 ppm.
- Angkat dan keringkan induk dengan handuk,kain, atau tisu, terutama pada bagian genital papilanya.
- Posisikan kepala induk disebelah kanan, sedangkan ekor digenggam dengan tangan kiri.
- Urut abdomen ke arah genital papila dengan menggunakan jari tangan kanan. Pada awal pengurutan, singkirkan urin yang keluar.
- Tampung sperma yang keluar dalam syringe atau suntikan berukuran 10 ml yang telah ditambah larutan fisiologis.
- Sebelum dilakukan pengurutan, bius induk betina dengan phenoxy etanol, MS222, atau minyak cengkeh. Dosis untuk pembiusan dapat diberikan sebanyak 3 ppm.
- Angkat dan keringkan induk dengan handuk,kain, atau tisu, terutama pada bagian genital papilanya.
- Posisikan kepala induk disebelah kanan, sedangkan ekor digenggam dengan tangan kiri.
- Urut abdomen kearah genital papilanya dengan menggunakan jari tangan kanan. Pada awal pengurutan, keluar cairan ketuban berwarna bening, kemudian diikuti oleh telur. Telur yang baik berwarna kuning kehijauan dan berukuran seragam.
- Tampung telur dalam wadah kering yang terbuat dari plastik berbentuk bulat atau persegi.
- Campurkan telur dengan sperma, lalu aduk dengan bulu ayam atau bahan lembut lainnya. Lakukan pegadukan sampai semua telur tercampur merata dengan sperma, sekira 1 menit.
- Aktifasi sperma dengan cara menambahkan air sampai telur dan sperma terendam. Diamkan selama 1 menit, lalu buang airnya.
- Untuk menghilangkan kelebihan sperma, tambahkan air ke dalam campuran telur dan sperma hingga 2-3 kali.
b. Pemeliharaan larva
- Matikan aerasi, lalu diamkan selama 1-3 menit.
- Sipon telur dengan selang palstik berdiamater 1-2 cm, lalu tampung larva pada wadah yang terbuat dari plastik, kaca atau fiber.