Istilah kedokteran untuk sakit maag adalah dispepsia.
Kata maag berasal dari bahasa Belanda yang berarti lambung.
Umumnya penderita sakit maag akan merasakan gejala seperti nyeri pada perut bagian kiri atas (nyeri pada ulu hati), perut terasa panas, dan rasa sakit akan meningkat apabila perut kosong.
Biasanya, rasa nyeri akan membaik setelah penderita makan dan minum.
Namun rasa nyeri itu, dapat muncul kembali setelah beberapa jam kemudian.
Terkadang, sakit maag disertai dengan mual, muntah, perut kembung, nafsu makan menurun dan lesu.
Sakit maag muncul karena adanya peningkatan asam lambung.
Selain itu, pemakaian obat-obatan pereda nyeri yang berlebihan juga dapat menimbulkan sakit maag.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan minuman beralkohol dapat menimbulkan sakit maag.
Makanan dan minuman tersebut dapat meningkatkan produksi asam lambung.
Sakit maag juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri Helicobacter pylori.
Infeksi tersebut tidak hanya menimbulkan maag, tetapi juga menyebabkan peradangan dan pendarahan pada lambung.
Bagaimana caranya bakteri tersebut dapat menyebabkan peradangan dan pendarahan lambung?
Kebanyakan masyarakat yang menderita sakit maag akan mengobati rasa sakit tersebut dengan meminum obat maag yang dijual bebas.
Biasanya, obat maag mengandung bahan kimia yang dapat menetralkan asam lambung, contohnya antisida.
Sebaiknya sebelum mengkonsumsi obat-obatan tersebut, bacalah aturan pemakaiannya.
Jika pengobatan sakit maag tidak berkurang dengan mengkonsumsi obat-obatan bebas, penderita harus segera ke dokter atau rumah sakit.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit maag akut yang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung.
Penyakit maag yang timbul akibat mengkonsumsi makanan pedas dan minuman beralkohol atau kopi serta obat-obatan pereda rasa nyeri diobati dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut.
Penyakit maag yang terjadi karena adanya bakteri Helicobacter pylori dapat diobati dengan memberantas bakteri tersebut.
Terapi tersebut dilakukan dengan pemberian obat antibiotik dan obat yang menetralkan asam lambung.
Selain pengobatan secara medis, penderita sakit maag membutuhkan menu khusus untuk mempercepat penyembuhan.
Syarat khusus makanan yang disajikan untuk penderita sakit maag adalah makanannya harus lunak, tidak merangsang peningkatan asam lambung, porsi yang diberikan sedikit dengan rentang waktu setiap 3 jam sekali, dan makanannya juga harus bergizi.
Bahan pangan yang mengandung gas, seperti kubis, kembang kol, nangka, durian, minuman bersoda, minuman beralkohol, dan kopi harus dihindari.
Selain itu, pemakaian bahan pangan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung seperti cabai, cuka, asam, belimbing wuluh, jeruk nipis, jeruk, nanas, kedondong dan lada juga harus dihindari.
Bahan pangan yang membutuhkan waktu cerna yang lama misalnya ketan, umbi-umbian, kue tar dan sejenisnya, serta krim mentega juga harus dihindari.
Teknik pengolahan makanan yang dianjurkan adalah direbus dan dikukus.
Pengolahan makanan dengan cara digoreng atau dipanggang akan menghasilkan makanan yang kering, liat dan juga keras.
Selain itu, pengolahan dengan cara tersebut dapat merangsang lambung sehingga dapat menimbulkan rasa mual.
Pencegahan Maag
Penanganan sakit maag dapat dilakukan melalui dua cara.
a. Penanganan Tanpa Obat
Penanganan sakit maag tanpa obat dapat dilakukan jika sakit maag yang diderita masih baru dan ringan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh penderita sakit maag ringan untuk mengurangi terjadinya sakit maag.
Pertama, penderita harus makan teratur dan porsi sedkit dengan rentang waktu setiap 3 jam sekali.
Kedua, penderita harus menghindari makanan atau minuman yang dapat menimbulkan iritasi pada lambung.
Lalu penderita juga harus makan makanan yang lunak atau mudah untuk dicerna.
Sebaiknya, penderita mulai menerpakan pola hidup sehat dengan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.
b. Penanganan Dengan Obat
Penanganan sakit maag menggunakan obat, sebaiknya dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter.
Hindari penggunaan obat maag bersamaan dengan obat jenis lainnya.
Hal ini bertujuan untuk menghindari gangguan penyerapan obat jenis lain.