Cara Budidaya Belut Mudah dan Lengkap di Rumah Untuk Pemula

Belut memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga banyak dikonsumsi, terutama di beberpa negara Eropa dan Asia.

Belut sudah dikenal di Indonesia sejak puluhan tahun, bahkan ratusan tahun silam terutama oleh masyarakat. 

Di pulau Jawa, Madura, Sumatera, dan Kalimantan. Belut hidup di sawah, rawa atau kali kecil yang berlumpur. 

Belut termasuk golongan ikan karnivora air tawar berbentuk bulat panjang seperti ular.

Daging belut kaya akan protein dan mineral. 

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa belut mengandung protein 6,7 gram per 100 gram daging. 

Dengan demikian, belut dapat dijadikan sebagai sumber protein. 

Dibandingkan daging sapi, protein pada daging belut lebih mudah dicerna oleh tubuh.

Di Indonesia, terdapat tiga jenis belut, tetapi yang umum dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat hanya dua jenis, yaitu belut sawah dan belut rawa. 

Sementara itu, bellut mutiara atau belut laut masih jarang dikenal karena keterbatasan dalam pengetahuan dari segi budidayanya.

Hal yang menarik dari komoditas ini adalah pemeliharaannya yang mudah dan tidak memerlukan waktu khusus, tahan tidak makan sampai berhari-hari, dan mudah untuk dikembangbiakkan. 

Selain itu, belut dapat dibudidayakan di lahan yang sempit seperti pekarangan rumah dengan menggunakan wadah pemeliharaan berupa drum, terpal, atau toren air. 

Dalam urusan pakan, belut juga tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar karena sangat efisien dalam hal makan. 

Hal ini karena belut bersifat pasif dan lebih senang menunggu mangsanya di dalam lumpur. 

Karena minimnya pergerakan inilah belut menghemat energinya sehingga mampu bertahan untuk tidak makan berhari-hari. 

Jika cukup mendapatkan makanan maka belut akan cepat besar karena hampir seluruh makanan yang masuk akan dikonversi menjadi bahan untuk tumbuh.

A. Wadah Budidaya

Untuk memulai usaha, sebenarnya cukup menggunakan lahan seluar 10 meter persegi. 

Kenapa? Hal ini karena wadah yang digunakan seperti tong/drum, toren air, atau kolam plastik/terpal sangat memadai untuk ditempatkan di lahan yang sempit. 

Sebenarnya, bisa juga dibuat kolam beton atau kolam tanah karena memiliki kelebihan tersendiri. 

Namun, penggunaan kolam beton cukup memakan waktu, terutama dari segi pembuatannya sehingga kolam tidak dapat langsung dipakai. 

Secara umum, wadah untuk budidaya harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : 

  1. Mampu menahan air.
  2. Mampu menjaga pelumpuran.
  3. Kuat, tidak mudah bocor.
  4. Tahan terhadap getaran.
  5. Kesesuaian ukuran wadah.
  6. Ada kontrol volume air.
  7. Sirkulasi air mudah.
  8. Mudah dalam pergantian media.
  9. Mudah dalam pemanenan.
Macam-macam wadah yang dapat dipakai untuk budidaya belut adalah sebagai berikut :

1. Kolam Tanah

Kelebihan : Belut mudah terangsang untuk melakukan pemijahan karena sesuai dengan habitat belut.
Kekurangan : Ukuran harus besar, pasokan air terus menerus, ada kemungkinan dinding tanah dapat ditembus belut.

2. Kolam Tembok

Kelebihan : Hama dapat dikontrol, mampu menahan getaran, kokoh, pengelolaan mudah.
Kekurangan : Bersifat permanen/statis, mahal, tidak dapat langsung digunakan.

3. Kolam Terpal

Kelebihan : Murah, mudah, praktis, dapat dipindah dan dibuat sesuai dengan keinginan.
Kekurangan : Rentan sobek dan bocor, tidak mampu menahan getaran, usia pakai relatif singkat.

4. Drum/Tong bekas

Kelebihan : Praktis, mudah dalam penggunaan, ekonomis, menyesuaikan lahan.
Kekurangan : Tidak mampu menahan getaran, kapasitas terbatas, resiko ada residu yang tersisa.


5. Toren

Kelebihan : Praktis, mudah dalam penggunaan, ekonomis, menyesuaikan lahan.
Kekurangan : Tidak mampu menahan getaran, kapasitas terbatas, resiko ada residu yang tersisa.

B. Sarana dan Prasarana

Sebelum melakukan usaha budidaya belut, komponen utama yang harus diperhatikan selalin wadah adalah media pemeliharaan. 

Keberhasilan dari pemijahan induk, penetasan telur, dan pemeliharan benih sangat dipengaruhi oleh kecocokan media.

Media pemeliharaan sebaiknya sesuai atau minimal hampir sama dengan habitat asli belut. 


Jika media sudah cocok, 50% keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh beberapa faktor lain seperti kualitas air, suhu dan ketenangan.

Untuk menyesuaikan wadah dengan habitat asli belut, media budidaya harus berupa substrat yang homogen dan memenuhi beberapa persyaratan, yaitu subur, gembur, tidak beracun/mengandung logam berat, tidak mengandung benda-benda kasar dan tajam, dan cukup nutrisi. 

Pada umumnya, media yang digunakan dalam budidaya belut terdiri dari beberapa capuran berbagai macam bahan antara lain air, lumpur, jerami, bekatul, pupuk kandang, dan gedebong pisang.
  • Lumpur, merupakan media utama bagi habitat belut setelah air.
  • Jerami, berfungsi membantu pelumpuran sehingga membuat lumpur yang berperan sebagai media utamanya akan lebih subur, gembur, dan banyak mengandung nutrisi.
  • Bekatul, merupakan serbuk kulit ari beras hasil penggilingan padi yang kaya akan vitamin B.
  • Pupuk kandang, berfungsi untuk memperkaya kandungan mikroorganisme yang menguntungkan bagi kehidupan belut. Pupuk kandang yang akan digunakan sebaiknya sudah matang agar gas metana yang ada didalamnya hilang.
  • Gedebong pisang, sangat baik untuk campuran media karena banyak mengandung plankton yang dibutuhkan oleh belut.
  • Air, bisa berasal dari air sumur atau air tanah. Karena belut menyukai daerah yang teduh maka kadar keasaman air (pH), media tidak boleh lebih dari 7 dan suhunya tidak terlalu panas.
Sarana lain yang dibutuhkan dalam budidaya belut sebagai berikut :
  • Pompa air, biasa digunakan jika kolam pemeliharaan tidak mendapat suplai air alami, dari sungai misalnya. Biasanya di daerah perumahan sudah menggunakan pompa untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
  • Selang, untuk mengalirkan air ke dalam wadah. Diameter selang jangan terlalu besar sehingga tidak mengusik ketenangan belut, yaitu sekitar 0,5-1 inci atau disesuaikan dengan besarnya wadah pemeliharaan.
  • Ember, digunakan sebagai wadah pemeliharaan belut saat panen.
  • Paranet, digunakan untuk menutup wadah pemeliharaan agar belut terhindar dari hewan pemangsa seperti ular.
  • Jaring halus, dipasang disisi dan dasar wadah, kemudian diikat dimasing-masing ujung kolam. Jaring ini dipasang bertujuan untuk memudahkan pemanenan total.
  • pH meter, digunakan untuk mengukur kadar pH.
  • Timbangan digunakan untuk meninjau pertumbuhan belut ataupun menimbang belut hasil panen.
  • Termometer, digunakan untuk mengukur suhu media.
  • Serokan, digunakan untuk mengambil belut dari dalam wadah, baik saat pemeliharaan ataupun pemanenan.

C. Pembenihan

Jika kegiatan usaha belut ini dimulai dari pembenihan maka perlu diperhatikan hal-hal yang dibutuhkan, baik dari segi penggunaan wadah, media, dan pemilihan induk. 


Sebelum pembenihan dilakukan, hal pertama yang harus dipersiapkan adalah wadah dan media untuk pemijahan.

1. Persiapan wadah

Secara umum, dalam melakukan usaha pembenihan belut, diperlukan minimal tiga wadah pemeliharaan, yaitu kolam induk, kolam pemijahan, dan kolam pendederan.

a. Kolam induk

Belut yang dimasukkan ke kolam ini adalah belut dewasa berumur empat bulan untuk belut betina dan enam bukan untuk belut jantan. 

Calon induk belut dimasukkan ke dalam kolam induk selama 1-2 minggu sebelum dipijahkan hingga induk matang gonad dan siap untuk dipindahkan ke kolam pemijahan.

b. Kolam pemijahan

Kolam ini dimaksudkan untuk induk-induk yang sudah matang gonad sehingga dapat melakukan pemijahan. 

Selain sebagai tempat pemijahan, kolam ini juga digunakan untuk tempat penetasan dan pemeliharaan benih belut yang baru menetas hingga berukuran sekitar 3-5 cm.

c. Kolam pendederan

Benih yang dipanen dari kolam penijahan selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan hingga mencapai ukuran bibit yang siap dibesarkan (15 cm).

2. Persiapan Media

Media dapat disiapkan secara sendiri-sendiri, kemudian setelah siap bisa langsung disatukan. 

Media juga bisa disiapkan sekaligus dalam satu wadah. 

Kelebihan dari pencampuran media secara langsung adalah lebih praktis dan tidak perlu menggunakan banyak wadah. 

Namun, kekurangannya adalah tingkat kematangan media menjadi tidak seragam.


Sebaliknya, kelebihan dari penyiapan media secara sendiri-sendiri adalah tingkat kematangan yang dapat dikontrol, tetapi memiliki kelemahan, yakni tidak praktis dan memerlukan wadah yang banyak.

Selain mempersiapkan masing-masing media secara sendiri-sendiri, kita juga dapat menyiapkan media secara bersamaan dalam wadah yang sama, caranya adalah sebagai berikut :
  1. Siapkan wadah dengan ketinggian sekitar 60-80 cm.
  2. Masukkan jerami setinggi 10 cm.
  3. Masukkan pupuk kandang setinggi 5 cm.
  4. Masukkan lumpur setinggi 5 cm.
  5. Masukkan jerami setinggi 10 cm.
  6. Masukkan lumpur setinggi 5 cm.
  7. Tambahkan biodekomposer dengan perbandingan biodekomposer dan air 1 : 8 untuk 1 meter kubik media.
  8. Tambahkan air hingga setinggi 5 cm di atas media.
  9. Diamkan selama kurang lebih satu bulan dengan menutup wadah.
  10. Atur sirkulasi dengan mengganti air setiap hari hingga media yang mengendap dan air di atas media mejadi bening.

3. Pengecekan Kesiapan Media

Setelah kurang lebih tiga minggu hingga satu bulan, yakni sebelum indukan dimasukkan, lakukan pengecekan media untuk memastikan telah siap digunakan. 

Adapun cara pengecekannya sebagai berikut :
  1. Tusukkan bambu/kayu kedalam media.
  2. Jika masih terjadi gelembung-gelembung yang keruh dan berbau, berarti media belum siap untuk digunakan.
  3. Jika gelembung-gelembung yang berbentuk bening dan tidak berbau, pertanda indukan sudah siap ditebar ke dalam media tersebut.

4. Pemilihan Induk

Sebelum ditebar ke dalam wadah, induk harus diseleksi terlebih dahulu. 

Belut yang dipilih harus unggul yang ditandai dengan badan yang cepat tumbuh dan berkembang secara maksimal, sehat, tidak cacat, dan memiliki umur yang ideal untuk berkembangbiak. 


Belut digolongkan ke dalam hewan hermaprodit protogini, yaitu pada waktu muda berkelamin betina dan pada umur tertentu akan berubah kelamin menjadi jantan. 

Oleh karena itu, tidak terlalu sulit untuk membedakan antara jantan dan betina.

5. Merangsang Pematangan Gonad

Masa ini bisa dikatakan juga sebagai masa karantina. 

Sebelum induk dipijahkan, lakukan pengamatan terhadap perilaku calon induk. 

Jika ditemukan belut yang stres atau agresif, sebaiknya jangan digunakan sebagai calon indukan karena menandakan bahwa belut akan memasuki masa peralihan kelamin. 

Setelah itu, satukan antara induk jantan dan betina ke dalam satu wadah agar bisa berinteraksi sehingga gonad induk cepat matang dan terangsang untuk memijah. 

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan persentase pemijahan. 

Namun, nutrisi yang ada didalam kolam induk harus tercukupi. 

Di habitat aslinya, belut memijah pada awal hingga pertengahan musim hujan. 

Namun, secara naluri, belut menandainya dengan banyaknya curah hujan atau berlimpahnya air.

6. Penebaran Induk

Setelah melalui masa karantina di kolam induk, diharapkan akan dihasilkan calon indukan yang berkualitas, siap untuk ditebar, dan akan melakukan pemijahan. 

Pada saat penebaran, harus diperhatikan beberapa cara sebagai berikut :

a. Cara dan waktu penebaran

Penebaran benih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Gunakan peralatan untuk menebar yang berbahan lembut untuk memiliki permukaan yang licin, misalnya ember plastik. Hal ini untuk mencegah kulit belut luka.
  2. Masukkan ember yang berisi indukan ke dalam kolam dengan posisi miring dan biarkan indukan kelur dengan sendirinya.
  3. Lakukan penebaran induk jantan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar induk jantan bisa mempersiapkan sarang/lubang didalam kolam.
  4. Bila sarang/lobang telah selesai dibuat oleh induk jantan, tebar induk betina ke dalam kolam yang telah berisi induk jantan.
  5. Lakukan penebaran secara perlahan agar air tidak menjadi keruh. Sebaiknyya, penebaran dilakukan pada sore hari menjelang magrib.

b. Komposisi dan padat tebar

Pada umumnya, satu belut jantan dapat membuahi telur-telur dari 4 -5 belut betina dalam satu kali pemijahan sehingga perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 4 sampai 5. 

Hanya saja idealnya ukuran wadah 2 meter persegi induk yang ditebar 2 ekor jantan dan 8 ekor betina. 


Hal ini karena belut termasuk hewan yang bersifat teritorial sehingga mempunyai wilayah kekuasaan. 

Induk belut, khususnya jantan, akan mengalami kondisi ini terutama ketika memasuki masa-masa pemijahan. 

Bila daerah kekuasaannya terganggu, belut akan menjadi agresif. 

Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan padat tebar indukan, terutama jumlah jantan. 

Selain untuk menjaga agar belut tidak berebut teritorial juga untuk menyesuaikan dengan nutrisi yang ada. 

7. Proses Pemijahan

Proses pemijahan akan terjadi jika induk yang ditebar telah matang gonad dan kondisi lingkungan di sekitar juga mendukung, diantaranya kesesuaian media dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. 

Selain itu, ketinggian air di atur pada ukuran sekitar 5cm diatas media dan jangan ada gangguan selama proses pemijahan, termasuk pemberian pakan karena pakan seharusnya sudah terpenuhi.

Proses pemijahan belut umumnya diawali dengan pembuatan sarang oleh jantan berupa lubang yang memiliki dua pintu membentuk huruf "U", yaitu sebagai tempat kepala dan ekor untuk meletakkan telur. 

Setelah lubang selesai dibuat, jantan akan menunggu beberapa hari sampai keadaan aman.

Kemudian mengeluarkan gelembung-gelembung diatas lubang kepala sebagai daya tarik terhadap betina. 


Selang beberapa hari, betina yang telah matang gonad akan mengeluarkan telurnya dan menempelkannya didalam gelembung-gelembung yang dikeluarkan jantan. 

Selanjutnya jantan akan keluar dari lubang dan membuahi telur-telur tersebut. 

Tanda-tanda telah terjadinya pemijahan adalah hilangnya gelembung-gelembung dari wadah. 

Hal ini karena selama beberapa waktu, yakni setelah telur terbuahi, jantan akan mengisap seluruh telur sekaligus gelembung-gelembungnya dan menempatkannya kedalam lubang. 

Setelah itu, jika kondisi sudah aman, jantan akan keluar dari pintu lubang yang lain agar telur tidak terganggu.

Setelah pemijahan, sebaiknya segera pindahkan induk betina dari wadah pemijahan ke kolam induk dengan menggunakan bubu (posong). 

Hal ini dilakukan untuk menghindari induk betina memakan telur akibat kehabisan tenaga setelah mengeluarkan telur. 

Setelah telur belut menetas, usahakan jangan sampai ada induk betina yang tidak dipindahkan untuk menghindari kanibalisme.

8. Penetasan telur dan pasca penetasan

Setelah masa pemijahan, telur akan berada disarangnya sampai menetas. 

Secara umum, telur belut akan menetas pada kondisi yang airnya bersuhu cukup hangat, yaitu antara 28-31 derajat celcius, pH normal 6-7, air tenang, jernih, dan bening, serta tidak terganggu oleh hama dan penyakit yang menyebabkan telur hilang atau rusak. 

Telur kemudian akan menetas dalam jangka waktu 8-10 hari, yakni jika paparan matahari, sirkulasi, udara, seta nutrisinya mencukupi. 

Seekor betina mampu menghasilkan 100-200 butir telur. 


Namun, berdasarkan pengalaman di lapangan, dari semua telur belut yang dihasilkan hanya sekitar 50-70% saja yang menetas, kemudian dari seluruh telur yang menetas hanya sekitar 50-70% anakan yang mampu bertahan hingga ukuran 5 cm.

Setelah menetas, anak-anak belut tersebut akan dijaga oleh induknya. 

Namun, induk betina harus segera diangkat karena dikhawatirkan akan segera memasuki masa-masa peralihan untuk berganti kelamin. 

Bila kondisi ini terjadi, induk betina menjadi agresif dan merasa sangat lapar sehingga dikhawatirkan akan mamakan anak-anaknya. 

Jadi, biarkan induk jantan saja yang masih berada dalam wadah pembenihan dengan syarat kebutuhan pakannya sudah disiapkan saat melakukan persiapan media.

Selama masa perawatan, anakan belut tidak boleh diganggu, termasusk pemberian pakan sekalipun. 

Bahkan, jika pelu, wadah diberi penutup. 

Untuk hari-hari pertama pakan anakan belut tersebut masih berasal dari kuning telurnya. 

Setelah beberapa hari, pakannya bergantung pada ketersediaan nutrisi di dalam wadah yang biasanya berasal dari plankton. 

Setelah berumur 8-14 hari, biasanya induk sudah mulai meninggalkan anak-anaknya. 

Pada saat inilah anakan belut baru bisa dilihat karena telah mencapai ukuran panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm. 

Setelah 1 bulan biasanya anakan belut akan mencapai ukuran 5 cm.

9. Pemanenan benih

Pemindahan benih ke kolam pendederan sebaiknya dilakukan setelah kurun waktu satu bulan, yakni setelah ukuran benih mencapai 5 - 8 cm. 

Segera pindahkan benih ke kolam pendederan yang lain agar hasil yang dicapai menjadi lebih seragam. 

Pada kolam pendederan, sebaiknya telah sisiapkan media pemeliharaan seperti sebelumnya. 

Dalam waktu sebulan berkutnya, hasil yang dicapai adalah benih belut berukuran 10-15 cm. 


Pakan untuk benih bisa berupa cacing sutera, jentik nyamuk, kutu air.

Panen benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena belut masih dalam kondisi kenyang dan memasuki masa istirahat. 

Tujuannya agar benih kuat bertahan untuk tidak makan selama dua sampai tiga hari karena kemungkinan terjadinya stres selama proses pemanenan. 

Cara memanen benih dilakukan dengan mengangkat seluruh media dan mengambil benih secara hati-hati, yakni dengan tidak memencet dan menariknya. 

Hal itu dilakukan dengan memegang sepertiga bagian atas perut belut, bukan dari punggung belut. 

Penangkapan dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti ember kecil untuk kemudian dipindahkan ke dalam media air bersih.

D. Pembesaran

Selain pembenihan, usaha budidaya belut bisa langsung difokuskan pada pembesarannya. 

Untuk melakukan pembesaran, benih yang digunakan bisa berasal dari hasil panen.

Proses pembenihan atau dengan cara membeli dari para pembenih. 

Benih yang digunakan untuk pembesaran adalah berukuran 10-15 cm. 

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembesaran belut sebagai berikut :

1. Persiapan media dan wadah pemeliharaan

Pada fase pembesaran, pilihan wadahnya hampir sama seperti pembenihan, yaitu bisa berupa bak beton, bak plastik, terpal, atau drum atau tong bekas. 

Semuanya dapat digunakan, tergantung kondisi lahan yang tersedia disekitar rumah dan biaya yang dimiliki.

Dalam pembesaran belut kali ini tidak digunakan media lumpur. 

Sebaiknya, pembesaran belut dilakukan pada media air bening karena telah terbukti dapat meningkatkan produksi belut.

Berikut beberapa tahapan yang dilakukan dalam menyiapkan media pembesaran belut dalam media air bening.
  1. Siapkan air bening yang berasal dari sumur atau mata air.
  2. Jika air terpaksa diambil dari sungai, pastikan air tidak tercemar dan lakukan penyaringan serta pengendapan sehingga air yang digunakan dapat dipastikan bersih dan jernih.
  3. Masukkan air ke dalam wadah siap pakai. Sebaiknya, jangan langsung diisi penuh, tetapi diisi setinggi telapak tangan lebih dahulu. Jika benih sudah dimasukkan, barulah volume air ditambahkan.

2. Aklimatisasi benih

Benih yang akan ditebar harus diaklimatisasi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam wadah pembesaran. 

Hal ini bertujuan untuk menghindari belut stres dan menberikan waktu bagi benih untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. 

Selain itu, untuk meminimalisir kegagalan dalam proses pembesaran. 

Adapun proses aklimatisasinya, yaitu memasukkan benih ke dalam media air berlumpur selama dua minggu. 

Selanjutnya, komposisi media diubah sedikit demi sedikit sehingga semakin lama media air semakin bening secara keseluruhan.

3. Padat tebar

Benih belut yang ditebar adalah berukuran 60-90 ekor per kg dengan ukuran panjang benih 10-15 cm. 

Penebaran ke wadah pembesaran sebaiknya dengan hati-hati. 

Proses penebaran dilakukan dengan cara memiringkan ember berisi benih dan membiarkan belut keluar dengan sendirinya memasuki media pemeliharaan. 

Padat tebar pembesaran belut dimedia air bening dapat dioptimalkan mencapi 50 kg/meter kubik.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan belut saat pembesaran meliputi pemberian pelah pisang atau tanamn air seperti enceng gondok dan kambangan. 

Tujuannya adalah untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi belut dan sebagai tempat berlindung belut pada siang hari. 

Pelepah pisang yang digunakan sebaiknya yang masih segar. 


Cara menempatkannya adalah dengan menelungkupkannya diatas permukaan air. 

Pemberian enceng gondok dan kambangan selain sebagai tempat perlindungan, juga berfungsi sebagai media penetralisir air, penyerap racun, penyuplai persediaan oksigen dan penyedia zat hara yang sangat diperlukan oleh belut. 

Penggunaannya menutupi 80% permukaan air. 

a. Pakan

Jika pakan yang diberikan berupa pelet maka harus dilakukan pemuasaan belut selama kurang lebih dua hari sejak awal penebaran. 

Selanjutnya , pada hari ketiga mulai diberikan pelet. 


Belut yang lapar karena dua hari tidak makan akan terangsang dengan bau amis pelet sehingga bersedia untuk memakannya. 

Jumlah pakan yang diberikan pada belut harus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi belut, yaitu kurang lebih 5 % dari bobot tubuhnya.

b. Kualitas air

Sebenarnya, belut tidak memerlukan kualitas air yang khusus dalam pemeliharaannya. 

Belut sendiri memiliki alat pernafasan tambahan yang berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari permukaan air sehingga dapat bertahan hidup di lumpur atau media yang keruh. 

Namun, untuk menjamin keberhasilan pembesaran belut, media yang digunakan harus bersih dan tidak tercemar. 

Pada budidaya ikan, penyebab permasalahan kualitas air terletak pada sisa pakan yang tidak dimakan serta dari hasil buangan ikan. 

Begitu pula belut, sisa pelet pada media pemeliharan akan menjadi gas amoniak yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas air dan dapat menyebabkan kematian pada belut. 

Untuk mencegahnya, 50% air pemeliharaan harus diganti setiap hari dengan cara menguras dan menggantinya dengan air baru sebanyak yang diganti. 

Proses pergantian air harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terlalu mengusik belut. 

Selain itu, waktu pergantian juga dilakukan pada pagi hari. 

Hari ini dimaksudkan karena alasan sebagai berikut :
  1. Kebiasaan belut yang mengkonsumsi pakan pada malam hari tidak mengharuskan pembudidaya rajin mengecek kondisi air pada pagi hari karena biasanya akan ada sisa pakan yang tidak termakan yang akan membuat air menjadi kotor.
  2. Pada pagi hari, belut belum sepenuhnya tidur sehingga jika dilakukan pergantian air tidak terlalu mengusik waktu istirahat belut.
  3. Pergantian air dipagi hari akan menyediakan pasokan oksigen yang segar sehingga usai pergantian air,belut dapat beristirahat tenang dengan pasokan oksigen optimal. Dengan demikian, metabolisme tubuh belut menjadi lebih baik dan tidak mudah terserang penyakit.
  4. Ketinggian air harus selau diatur, yakni dengan membuat lubang batas ketinggian maksimal pada wadah. Dengan demikian, kandungan oksigen tetap terjaga. Lubang tersebut ditutup kain kasa agar tidak ada belut yang menerobos keluar.

c. Penanggulangan hama dan penyakit

Membicarakan budidaya belut, tidak akan terlepas dari masalah hama dan penyakit. 

Biasanya, jika wadah yang dilakukan terkontrol maka gangguan hama pada belut dapat dihindari. 

Jika kondisi wadah tidak terkontrol, hama dan penyakit akan mudah menyerang belut. 


Penyakit belut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, jamur atau kutu, atau cacing, terutama jika lingkungan tidak optimal. 

Penyakit yang menyerang belut dapat dikendalikan dengan melakukan hal-hal berikut :
  1. Menyeleksi bibit yang dibesarkan dengan ciri-ciri gerakan yang lincah, tubuh proporsional, dan nafsu makan tinggi.
  2. Wadah yang akan digunakan sebaiknya dijemur dahulu di bawah terik matahari untuk mematikan kuman kemungkinan yang tedapat pada wadah.
  3. Air yang digunakan bersumber dari air bersih dan tidak terkontaminasi.
  4. Gunakan pakan yang bersih dan berkualitas, yakni disesuaikan dengan kebutuhan belut.
  5. Menjaga kebersihan dan kesterilan wadah dan prasarana yang digunakan seperti ember, selang, dan jaring dengan cara mencuci kemudian menjemurnya dibawah terik matahari.
  6. Hindari intensitas cahaya yang tinggi untuk menghindari penyakit mata putih. Bisa dilakukan dengan menutup wadah menggunakan plastik.

E. Pemanenan

Pemanenan dilakukan jika secara teknis belut memang sudah mencapai ukuran siap panen. 

Panen belut sangat tergantung dari sasaran yang ditetapkan. 


Bisa jadi tujuan pemanenan adalah hanya untuk konsumsi pribadi sehingga tidak harus terpatok dengan ukuran yang ada dipasaran. 

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan saat pemanenan belut :
  1. Siapkan peralatan panen seperti selang, jaring halus, wadah penampungan sementara (ember,bak plastik), alat sortir, dan wadah pengangkutan (blongan,jerigen, streofoam), lakban plastik, serta timbangan.
  2. Kuras air dalam wadah atau buka keran air dibagian bawah wadah, kemudian siapkan saringan atau keranjang dimulut keran untuk menampung belut yang terbawa keluar.
  3. Timbang belut kemudian tampung di dalam wadah lain.
  4. Sortir belut berdasarkan ukurannya.
  5. Lakukan pemberokan pada wadah tersendiri.
  6. Jika belut akan dipasarkan, lakukan pengemasan dengan baik. Jika jaraknya cukup dekat, cukup menggunakan plsatik bening yang tidak mudah bocor dengan penambahan oksigen atau menggunakan belongan atau jerigen plastik yang telah dilubangi bagian atasnya.
  7. Untuk penemasan menggunakan blongan, air yang diperlukan hanya tiga perempat dari volume total.
  8. Jika belut akan dikirim ke tempat yang jaraknya relatif jauh, lakukan proses karantina terlebih dahulu selain itu, kemasan yang digunakan harus lebih khusus seperti streofoam.
Demikian cara lengkap untuk beternak belut di halaman rumah anda.