Adapun budidaya tiram mutiara ( Pinctada) dimaksudkan untuk memproduksi mutiara.
Dua spesies tiram penghasil mutiara yang umum dibudidayakan di perairan Indonesia adalah Pinctada maxima dan P. margaritifera.
Benih tiram mutiara yang dipelihara berupa benih hatchri maupun dari penangkapan ataupun pemungutan di alam.
Benih/spat dari hatchri mulai dipelihara di laut setelah mencapai umur 50-60 hari atau mencapai ukuran 0,5 cm.
Spat/benih produksi hatchri sebenarnya sudah dapat di pelihara di laut setelah mencapai umur 40 hari.
Namun karena cangkangnya masih tipis, kematian spat/benih cukup tinggi.
A. Tahap Pendederan
Pemeliharaan spat/benih umur 50-60 hari biasa disebut pendederan.
Kegiatan pendederan dilakukan selama sekitar 3 bulan atau spat sampai mencapai ukuran 2-3 cm.
Spat yang masih menempel pada kolektor di masukkan ke dalam kantong waring/jaring dengan mata jaring 1-2 mm.
Dengan memasukkan spat ke dalam jaring maka kerang tidak mudah di mangsa oleh predator berupa ikan dari keluarga Ostraciidae, Monacanthidae, Blenidae, Kepiting, gastropoda ( Murex sp, Thais sp ) dan mengurangi penempelan kotoran.
Ukuran mata jaring yang terlalu kecil kurang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup spat, karena bisa menghambat sirkulasi air, suplai makanan, dan penanganannya lebih sulit.
Sebaliknya, mata jaring terlalu lebar juga tidak baik karena predator mudah masuk.
Pemeliharaan spat dilakukan dengan menggunakan tali rentang ( longline) atau digantungkan pada rakit apung dengan kedalaman 3-4 meter.
Selama pemeliharaan/pendederan spat memerlukan penanganan dan perawatan untuk menjaga pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Kegiatan rutin yang perlu dilakukan adalah mengganti kantong jaring setiap 2-3 minggu atau tergantung tingkat kekotoran dan kepadatan organisme penempel.
Selain itu dilakukan penjarangan untuk mengurangi tingkat kepadatan spat per satuan ruang/tempat.
Rata-rata kepadatan spat/kolektor sekitar 3000-5000 ekor, kemudian dijarangkan menjadi 500-1000 ekor/kolektor.
Seiring meningkatnya ukuran spat maka akan terjadi kompetisi terhadap ruang/tempat pemeliharaan dan pakan.
Bahkan spat saling menempel antara satu dengan yang lain sehingga perlu dijarangkan.
Dengan penjarangan, diharapkan pertumbuhan spat menjadi normal dan tingkat kelangsungan hidup menjadi tinggi.
Penjarangan dilakukan setelah spat mencapai ukuran 2-3 cm atau setelah masa pemeliharaan 2-3 bulan.
Penjarangan harus dilakukan hati-hati agar spat tidak stres yang menyebabkan kematian.
Angkat kantong jaring dari laut, kemudian keluarkan substrat dari setiap kantong kolektor dan tampung di dalam ember berisi air laut.
Kemudian, satu persatu spat yang menempel bergerombol dipisahkan.
Penjarangan dilakukan dengan tangan, tetapi lebih baik jika digunakan pisau untuk memotong bisus.
Spat hasil penjarangan ditampung di dalam ember yang berisi air laut.
Spat-spat tersebut kemudian di pelihara di dalam kantong jaring bermata jaring 3 mm ukuran 40 x 60 cm dengan kepadatan 50-60 ekor.
Kantong jaring kemudian di gantungkan kembali ke tempat pemeliharaan pada kedlaman 5-6 mmeter.
B. Tahap Pembesaran
Setelah penjarangan, terhadap pemeliharaan selanjutnya disebut pembesaran.
Periode pembesaran biasanya dilakukan dari spat ukuran 2-3 cm sampai mencapai ukuran 10-15 cm yang siap dipasangkan inti.
Untuk mencapi ukuran tersebut dibutuhkan waktu pemeliharaan 1,5-2 tahun.
Namun ada juga yang membesarkan spat setelah mencapai ukuran 5-7 cm.
Dengan menggunakan spat/benih yang lebih besar, resiko kegagalan lebih kecil dan waktu pemeliharaan/pembesaran lebih pendek.
Namun, harga spat lebih besar lebih mahal.
Untuk kegiatan pembesaran, spat dipelihara dalam kantong jaring bermata jaring skeitar 1 cm.
Ukuran mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat.
Semakin besar ukuran spat maka ukuran mata jaring harus bertambah lebar.
Setiap keranjang pemeliharaan berukuran 40 x 60 cm dimasukkan spat berukuran 5-7 cm antara 25-30 ekor.
Namun wadah berupa kantong jaring kurang efektif lantaran pertumbuhan tiram lambat dan jaring mudah kotor.
Peneliti di Mataram Lombok menemukan cara pembesaraan tiram mutiara dengan sistem kotak fiberglass berukuran 40 x 70 cm.
Kotak-kotak itu disekat-sekat lagi berdasarkan ukuran tiram.
Ukuran kotak 2 x 4 x 4 cm untuk kerang 2-4 cm, dan ukuran kotak 4 x 8 x 8 cm untuk ukuran 6-8 cm.
Keunggulan wadah ini adalah tiram lebih bersih dan cepat besar karena ruang gerak leluasa.
Dalam waktu 1 bulan, spat bertambah 1,3-1,5 cm, tingkat kematian kerang lebih rendah karena terlindung dari predator.
Dengan menggunakan wadah pembesaran berupa kotak, dari 1.400 ekor tiram, 80% berhasil diinsersi, sedangkan sistem kantong antara 40-50%.
Cangkang tiram yang dipelihara di dalam kotak lebih gemuk seingga memungkinkan dimasuki inti berukuran lebih besar.
Selama masa pembesaran, cangkang spat harus dibersihkan secara periodik setiap 1-2 bulan, atau tergantung tingkat kepadatan organisme penempel dan kotoran yang menempel.
Pembersihan cangkang dilakukan dengan menggunakan pisau kecil dan sikat.
Setelah bersih, tiram dimasukkan kembali ke dalam kantong pemeliharaan yang bersih, lalu digantungkan pada rakit apung dengan kedalaman 5-6 meter.
Setelah tiram mencapai ukuran 10-15 cm berarti kerang siap diinsersi.
Kerang yang diinsersi harus mempunyai ukuran tersebut karena tiram yang berukuran lebih kecil menyebabkan pertumbuhan indiot/kerdil dan produksi lendir kurang.
Sedangkan tiram asal tangkapan bisa mencapai ukuran hingga 30 cm, tapi liur yang dihasilkan sedikit.
Tiram tersebut kurang baik memproduksi mutiara, tapi masih bisa untuk blister atau inti setengah bulat.
Tiram yang hendak diinsersi harus sehat, mempunyai cangkang bulat, tebal, tidak cacat, warna cerah, sisik dan garis radier jelas.
Sebelum diinsersi tiram dipuasakan terlebih dahulu 30-45 hari.
Caranya tiram dimasukkan kerangkeng, lalu dibungkus jaring atau karung goni untuk mencegah makanan masuk.
Setelah itu kerangkeng digantung pada kedalaman 1,5 meter dari permukaan air.
Puasa dimaksudkan agar tubuh tiram lemah sehingga tidak menolak saat nukleus/inti dimasukkan.
Pada saat dipuasakan biasanya terjadi kematian sekitar 1-2 %.
Sebelum insersi dilakukan, kondisi tiram di cek ulang. Ini penting karena berkaitan dengan keberhasilan memasukkan nukleus.
Ciri tiram yang lemah adalah tidak segera menutup ketika dikagetkan.
Pada tahapan ini tidak semua tiram berhasil diinsersi, hanya 30-40%.
Sisanya masih kuat dikembalikan ke tempat pemuasaan.
Alternatif lain, tiram dipasangi inti setengah bulat atau blister.
Pemasangan nukleus/inti umumnya dilakukan pukul 08.00-17.00.
Sebelum operasi dimulai, cangkang tiram harus diposisi agak terbuka.
Caranya, tiram diletakkan ke dalam bak dengan kepadatan tinggi.
Cara lain adalah tiram dimasukkan ke beberapa bak air secara bertahap.
Cara ini dapat memaksa kerang membuka cangkang.
C. Menyiapkan Potongan Mantel
Dalam pembuatan mutiara bulat, potongan mantel dan nukleus/inti merupakan satu kesatuan sebab dalam pemasangan nukleus/inti harus bersinggungan dengan mantel.
Penempatan nukleus/inti yang saling berjauhan dengan mantel akan mengakibatkan gagalnya pembentukan mutiara.
Daging mantel diambil dalam keadaan hidup dari tiram donor.
Tiram yang hendak diambil mantelnya diletakkan pada shell opener dengan posisi bagian anterior menghadapat pemasangan nukleus/inti.
Dengan menggunakan alat pembuka mantel, mantel yang berada di atas cangkang bagian dalam diangkat untuk digunting dengan gunting pemotong.
Pengguntingan mantel dilakukan dengan mengambil sekitar lebar 4-5 mm dan panjang 4 cm.
Mantel yang telah dipotong bagian luar tersbeut segera dibersihkan bagian dalamnya yang berwarna hitam dengan pisau pemotong, mantel tersebut dipotong-potong membentuk bujur sangkar berukuran 4 mm.
Dalam sekali menggunting satu ekor tiram dapat diperoleh 10 potong mantel yang dapat digunakan untuk memasang 10 butir nukleus/inti.
Agar sel-sel mantel tetap hidup, dimasukkan ke dalam cawan berisi air laut.
Pertahankan suhu 17-22 derajat celcius agar mantel bertahan hingga 2 jam.
Dengan tersedianya mantel tersebut, maka pemasangan inti dapat dilakukan.
Nukleus/inti yang hendak diinsersi ukurannya disesuaikan dengan ukuran kerang.
Ukuran nukleus/inti berkisar antara 3-9 mm.
Ukuran nukleus/inti yang diinsersi ke dalam orang tubuh tiram mutiara jenis.
Pinctada maxima di Indonesia antara 3,03-9,09 mm.
Nukleus/inti dari Jepang dianggap berkualitas tinggi.
Nukleus/inti terbuat dari cangkang sejenis kerang air tawar yang berasal dari Sungai Missisipi.
D. Proses Insersi
Operasi insersi nukleus/inti sebaiknya dilakukan di luar musim hujan.
Hal ini untuk menghindari inti keluar bersamaan sel telur yang saat itu sedang diproduksi.
Proses insersi diawali dengan meletakkan kerang di shell opener dengan posisi anterior menghadap operator atau pemasangan inti.
Setelah itu mantel dan insang yang menutupi organ dalam di buka dengan menggunakan spatula (alat berbentuk pisau tumpul) agar terlihat jelas.
Kemudian, gunakan hook ( pengait untuk menahan kaki ), lalu dibuat sayatan pada bagian pangkal kaki dengan menggunakan incision knife (pisau kecil).
Sayatan dilakukan melalui dinding kaki dan gonad agar tidak memotong urogebital papillae yang sangat sensitif terhadap luka.
Selanjutnya buat saluran dari tempat sayatan menuju ventral swelling membentuk huruf C dengan pisau kecil melengkung (probe) agar inti tidak jatuh atau dimuntahkan.
Cara lain dengan membuat sayatan pada bagian pangkal intestinal loop.
Potongan mantel yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam saluran dengan memakai graft carrier (alat tusuk kecil melengkung pada ujung).
Kemudian gunakan nukleus carrier (alat yang dilengkapi mangkuk kecil pada ujung untuk mengambil inti) untuk memasukkan inti//nukleus sejalan dengan arah masuknya mantel.
Pada waktu mengambil nukleus/inti, ujung nukleus carrier dibasahai air agar inti melekat.
Usahakan agar inti benar-benar menempel pada mantel.
Lapisan mantel menghadap ke cangkang yang menghasilkan cairan.
Karena bila tidak, lapisan mutiara gagal terbentuk.
Setelah insersi, tiram butuh waktu istirahat sekitar 5-10 hari untuk penyembuhan luka.
Tiram dimasukkan ke dalam keranjang bersekat ukuran 1 m x 20 cm.
Posisinya dorsal berada di sebelah atas agar cangkang tidak membuka kembali.
Kemudian dimasukkan ke air dan digantung pada rakit dengan kedalaman 1-2 meter.
Selesai istirahat, setiap hari dilakukan tento, yaitu proses membolak balik keranjang, bawah menjadi atas, atas menjadi bawah, hal ini dimaksudkan agar posisi inti stabil.
Proses membolak balik keranjang pemeliharaan dilakukan setiap 3 hari sekali dengan posisi yang berbeda-beda.
Proses tento berlangsung selama 20-45 hari sebelum akhirnya tiram beserta keranjangnya ditenggelamkan 7-9 meter di bawah permukaan air.
Empat bulan berikutnya kerang di cek untuk memastikan posisi inti sudah pada tempatnya atau dimuntahkan.
Caranya, ambil satu persatu kerang, lalu diletakkan di shell holder.
Ganjal cangkang dengan baji untuk memudahkan pengecekan.
Kalau inti masih berada di dalam tampak benjolan dan terlihat mata lantaran transparan.
Cara lain, masukkan kerang ke waring atau kerangkeng khusus.
Periksa setiap 2-3 minggu.
Kerang yang memuntahkan inti dapat segera diketahui dengan ditemukan inti jatuh di waring. Pemeriksaan lebih akurat dengan rontgen sinar X.
Tiram yang memuntahkan inti sekitar 5-10% dari total diinsersi.
Dengan diketahuinya tiram yang memuntahkan intinya dan tiram yang mati, maka segera diambil langkah-langkah penanganan.
Tiram yang mati segera diangkat dan tiram yang memuntahkan intinya dapat dipasangi blister (setengah bulat).
Sedangkan tiram yang ada nukleus/intinya segera dipelihara kembali.
Pemeliharaan tiram pasca insersi antara 1,5-2 tahun.
Selama pemeliharaan , tiram sering mendapatkan gangguan dari berabagai organisme laut, seperti teritip, cacing, bintang laut dan ikan.
Oleh karena itu, setiap bulan tiram dibersihkan dari teritip dan organisme lainnya.
Frekuensi kegiatan ini lebih sering di perairan yang banyak mengandung CaCO3.
Sebaiknya jika dasar perairan berupa lumpur, frekuensi membersihkan kerang jarang, karena populasi teritip lebih sedikit.
Pada saat bersamaan dilakukan pengontrolan.
Tiram yang mati segera disingkirkan.
Tiram seringkali mendapatkan gangguan dari biota laut, seperti bintang laut (Linckia laevigata, Protoreaster nodosus), beberapa spesies siput dan penyu.
Sementara beberapa biota penempel yang menempel di btubuh kerang yaitu bunga karang (boring sponge) Cliona spp, cacing (borong worm) Polydora dan Polychaeta, atau boring bivalves.
Bunga karang menimbulkan bintik coklat kecil memanjang atau seperti jaringan pada cangkang.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam tiram di larutan garam pekat selama 15 menit, kemudian jemur sekitar 60 menit.
Atau tiram direndam di air tawar selama 5-10 menit, lalu rendam pada larutan garam pekat konsentrasi 30-40% selama 5-10 menit.
Tiram yang memuntahkan inti digunakan untuk produksi mutiara blister (setengah bulat).
Produksi mutiara blister merupakan usaha alternatif pemanfaatan tiram yang memuntahkan nukleus/inti atau tiram yang berumur tua.
Umumnya tiram yang digunakan untuk membuat mutiara blister adalah tiram yang sudah mengalami operasi mutiara bulat yang jelek.
Pertimbangan lainnya adalah bahwa lapisan bagian dalam dari cangkang tiram mutiara itu juga merupakan lapisan mutiara (nacre).
Dengan cara demikian benda yang ditempatkan pada cangkang bagian dalam akan selalu dilapisi mutiara.
Cara pemasangan blister atau inti setengah bulat hampir sama dengan pemasangan inti bulat.
Sisihkan mantel dengan menggunakan spatula supaya lokasi inti terlihat jelas.
Kemudian inti blister dimasukkan pada nukleus carrier khusus blister dengan posisi bidang datar inti menghadap ke atas.
Lem perekat yang sudah disipkan diteteskan ke bidang datar inti secukupnya, kemudian di pasang dengan memasukkan ke dalam rongga antara cangkang dan mantel yang telah disibakkan.
Penempatan inti harus memperhatikan jarak antar inti dan otot.
Jangan sampai otot nantinya justru menutupi inti.
Sebaliknya, jika terlalu renggang akan memerlukan waktu lama untuk melapisinya.
Perhatikan juga pemakaian lem, jangan terlalu banyak karena dapat merusak nacre.
Sebaliknya, bila lem terlalu sedikit dapat membuat inti mudah lepas.
Setiap tiram dapat dipasang 4-10 inti blister dengan memperhatikan ukuran.
Jika inti berukuran besar, maka jumlah inti yang digunakan semakin sedikit, demikian pula sebaliknya.
Sebagai contoh, jika diameter inti berukuran antara 13-14 mm, maka jumlah inti yang dapat dipasang pada kedua cangkang antara 8-10 buah.
Tetapi jika menggunakan inti yang berdiameter 17 mm, maka jumlah inti yang dipasang pada kedua cangkang berkisar antara 6-8 buah untuk ukuran tiram yang sama.
Inti blister yang biasa digunakan untuk tiram Pinctada maxima dibuat dari bahan kapur yang memiliki garis tengah 13-20 mm.
Penempatan inti blister tidak hanya dilakukan pada salah satu bagian cangkang saja, melainkan pada keduanya karena peluang pelapisan inti oleh lapisan mutiara tidak berbeda.
Setelah pemasangan inti blister, tiram dipelihara kembali.
Pada prinsipnya, pemeliharaan tiram yang diopersi inti blister dengan tiram yang dioperasi inti bulat tidak jauh berbeda.
Hanya dalam pemeliharaan tiram yang dioperasi inti blister lebih sederhana, yaitu tidak dilakukan masa tento dan rontgen.
Baca Juga Disini : Cara Panen Kerang Mutiara dan Penanganan Hasil Panen