Dalam bercocok tanam kentang teknik yang baik juga sangat menentukan kualitas dan kkuantitas produk yang dihasilkan dari pertanaman kentang.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kultur teknik tanaman kentang adalah benih/bibit, persiapan lahan, penanaman dan jarak tanam, pemupukan, dan tindakan pemeliharaan tanaman.
1. Benih/Bibit
Karena kentang diperbanyak secara vegetatif, dan berbagai penyakit dapat ditularkan melalui umbi.
Artinya, untuk mendapatka kualitas dan kuantitas hasil yang baik, bibit perlu dipilih dari umbi-umbi dari induk berpotensi hasil tinggi dan bebas penyakit.
Untuk itu, petani hendaknya menanam benih bersertifikat karena sertifikasi benih akan menjamin bahwa benih tersebut bebas dari infestasi patogen dan kemurniannya (true-to-type) terjamin.
Untuk mendapatkan benih bersertifikasi, petani kentang dapat membelinya dari Balai Benih Induk Holtikultura.
Alternatif lain adalah petani membeli bibit dari penangkar benih yang ditunjuk oleh Dinas Pertanian setempat.
Tanaman kentang bebas virus dapat diproduksi melalui teknik kultur jaringan.
Dengan teknik ini, ribuan bahkan jutaan tanaman dapat dihasilkan dari satu umbi dalam waktu yang relatif singkat.
2. Persiapan Lahan
Lahan untuk pertanaman kentang hendaknya dibersihkan dari sisa-sisa tanaman gulma, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Langkah awal persiapan lahan adalah mencangkul atau membajak tanah sedalam kira-kira 30 cm sampai gembur sambil membenamkan sisa-sisa tanaman dan gulma agar mengalami dekomposisi.
Sedangkan benda-benda lain seperti tunggul, batu dan sampah disingkirkan ke pinggir lahan.
Selanjutnya lahan dibiarkan selama kurang 15 hari untuk memperbaiki tata udara dan aerasi tanah, membuang gas-gas beracun dan melepaskan panas yang dihasilkan dari dekomposisi sisa-sisa tanaman.
Lalu tanah dicangkul kembali sampai benar-benar gembur sambil membuat bedengan.
Bedengan dibuat dengan lebar 100-120 cm, tinggi lebih kurang 30 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan atau kebutuhan.
Jarak antar bedengan 50-60 cm, untuk memudahkan pemeliharaan tanaman.
Pada areal lahan yang miring, bedengan hendaknya dibuat melintang terhadap arah kemiringan agar laju air hujan dapat tertahan sehingga mengurangi run off. serta memperkecil resiko erosi dan kehilangan pupuk akibat tercuci (leaching).
Untuk memperbaiki struktur tanah, persiapan lahan dianjurkan untuk memberikan pupuk kandang sebelum bibt kentang ditanam.
Untuk satu hektar areal tanam, diperlukan sekitar 20-30 ton pupuk kandang kering dari sisa-sisa ruminansia atau 15-20 ton pupuk kandang kotoran unggas.
Pupuk tersebut dapat diberikan di sekitar lubang tanam dengan takaran 0,5-0,7 kg per lubang atau langsung ditebar dipermukaan tanah saat pengolahan tanah.
3. Penanaman dan Jarak Tanam
Umbi yang digunakan sebagai bibit hendaknya telah bertunas sepanjang 1-2 cm.
Umbi bibit ditanam di bedengan dengan jarak tanam 75-90 cm antar barisan, dan 25-30 cm di dalam barisan dengan kedalaman 5-10 cm, lalu ditimbun dengan tanah.
Potongan umbi yang memiliki paling tidak satu mata (tunas) hendaknya terlebih dahulu dibiarkan mengalami pemulihan dari lukanya dengan cara menyimpannya pada suhu 18-21 derajat celcius dengan kelembaban 85-90% selama 2-3 hari.
Sebelum ditanam umbi bibit hendaknya diperlakukan dengan fungisida, guna mencegah serangan cendawan patogen.
Tergantung pada berat umbi, kebutuhan bibit untuk areal tanam seluas 1 ha lebih kurang 2 seperempat ton bila menggunakan umbi dengan berat 40-60 gram.
Bila menggunakan umbi dengan ukuran lebih kecil (berat 30-40 gram) kebutuhan bibit menjadi lebih sedikit, yaitu sekitar 1,2-1,5 ton per ha.
4. Pemupukan
Untuk dapat berproduksi dengan baik, secara umum kentang hendaknya dipupuk dengan nitrogen (N) sebanyak 100-150 kg ha setara dengan 476-714 kg/ha ZA atau 217-326 kg/ha urea, fosfor (P2O5) diberikan dengan dosis 150-200 kg/ha setara dengan 416-555 kg/ha SP-36 dan kalium (K2O) diberikan sebanyak 100-150 kg/ha setara dengan 166-250 kg/ha KCL.
Meskipun demikian, jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada kesuburan tanah.
Pupuk SP-36, setengah bagian urea (atau ZA) dan sepertiga bagian KCL diberikan pada umur 3 minggu setelah tanam dan sisanya masing-masing sepertiga bagian urea (atau ZA) dan KCL diberikan pada umur 6 minggu setelah tanam.
Didaerah dengan curah hujan tinggi, N dan K dapat mengalami pencucian, sedangkan P terikat pada koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Sebaiknya, pupuk diberikan beberpa kali dalam beberapa interval selama periode pertumbuhan tanaman.
Akan tetapi, harus diingat bahwa pemupukan N yang berlebihan (dilakukan secara kontinyu atau terlampau tinggi) dapat menghambat pembentukan umbi.
5. Pemeliharaan Tanaman
Bibit yang ditanam akan tumbuh dalam waktu sekitar 10 hari.
Pada saat tanaman berumur 1 bulan, perlu dilakukan penyiangan gulma dan pembumbunan untuk mencegah terbentuknya warna hijau dan solanin pada umbi.
Selain itu, ketersediaan air perlu dijaga jangan sampai melebihi kapasitas lapang karena kentang sangat peka terhadap air tanah yang berlebihan.
Kelembaban tanah yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan umbi tidak normal dan bentuknya bercabang-cabang.
Disamping penyiangan gulma, pembubunan, dan pengaturan tata air tanah, serangan hama, dan penyakit terhadap pertanaman kentang perlu juga diwaspadai.
Baca Juga Disini : 5 Cara Mudah Menanam Tomat Hasil Melimpah