Budidaya timun di Indonesia, dijumpai hampir disetiap daerah, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
Oleh karena itu, timun dikenal dengan beberapa nama sesuai daerahnya seperti timun (jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan timon (Aceh).
Meskipun tidak termasuk salah satu komoditas holtikultura unggulan nasional maupun daerah, namun timun merupakan salah satu sayuran buah yang cukup diminati masyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya meningkatkan produksi tanaman ini, untuk memenuhi permintaan pasar.
Timun merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan bunga jantan dan betina terpisah satu sama lain.
Bunga jantan muncul lebih dahulu, yakni umur 4-5 minggu setelah tanam, lalu disusul oleh bunga-bunga betina.
Di bawah kondisi hari panjang dan suhu yang tinggi, tanaman ini membentuk lebih banyak bunga jantan daripada bunga betina, tetapi dibawah kondisi hari pendek, rasio bunga betina terhadap bunga jantan menjadi meningkat.
Penyerbukan bunga biasanya dibantu oleh serangga terutama oleh kumbang.
Jumlah buah dalam satu pohon dapat mencapai 20 buah, namun dianjurkan untuk melakukan penjarangan buah agar diperoleh buah dengan kualitas yang baik.
Buah timun berbentuk memanjang dengan ujung dan pangkalnya membulat, berwarna hijau pucat sampai putih.
Adapun cara menanam timun adalah sebagai berikut :
1. Perbanyakan tanaman dan Penanaman
Sebagaimana halnya dengan kebanyakan tanaman sayuran lainnya, timun diperbanyak secara generatif melalui biji.
Biasanya benih ditanam langsung di lapang karena transplantasi bibit timun agak sulit dilakukan.
Jarak tanam yang digunakan adalah 30-45 cm di dalam barisan dan 1,2 meter atar barisan.
Timun sering kali ditanam sebanyak dua benih per lubang tanam. Benih akan berkecambah dalam waktu 3-5 hari. Kebutuhan benih timun untuk areal seluas 1 hektar sekitar 3 kg.
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan adalah upaya mempersiapkan lahan sehingga mampu menopang pertumbuhan dan produksi tanaman yang baik.
Sasaran persiapan lahan adalah terciptanya struktur tanah yang gembur dengan aerasi dan drainase yang baik sehingga siap ditanami.
Kegiatan persiapan lahan meliputi pengolahan tanah, pemupukan dasar, dan pemasangan mulsa plastik.
Sebelum tanah diolah dilakukan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman (tunggul) dan sampah anorganik seperti batu, palstik dan kaleng.
Setelah itu, dilakukan pencangkulan sampai kedalaman 30-40 cm, lalu lahan dibiarkan terkena sinar matahari selama kurang lebih 2 minggu, agar terjadi dekomposisi bahan-bahan organik dan tercipta aerasi yang baik.
Apabila keasaman tanah kurang dari 5,5, maka perlu pemberian dolomit dengan dosis 1,5 ton/ha yang dicampur merata dengan tanah saat pencangkulan.
Bersamaan dengan pengolahan tanah juga dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang dan pupuk anorganik.
Setelah tanah diolah, langkah berikutnya adalah pembuatan bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi kurang lebih 30 cm dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi lahan yang tersedia, serta jarak antar bedengan 30-40 cm.
Bedengan yang telah siap selanjutnya ditutup dengan mulsa plastik berwarna hitam perak berukuran 1-1,25 cm.
Pemasangan mulsa dilakukan saat matahari terik, agar plastik memuai sehingga mudah untuk ditarik dan menutupi bedengan dengan rapat.
Mulsa dibentangkan dengan bagian berwarna perak menghadap ke atas dan kedua ujungnya 'dipantek' di ujung bedengan.
Kemudian kedua sisinya ditarik ke bawah sampai menutupi bedengan dengan rapih, lalu pada bagian sisinya diberi pasak agar tidak mudah lepas.
Setelah mulsa terpasang, dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam menggunakan alat pelubang dari kaleng berdiameter kurang lebih 10 cm yang dipanaskan.
Lubang tanam dibuat dengan jarak (50-60 cm) sehingga setiap bedengan terdapat 2 baris tanam.
3. Pemupukan
Pada waktu pengolahan tanah, areal yang akan ditanami timun hendaknya diberi pupuk kandang kotoran unggas atau ruminansia dengan takaran 10-15 ton/ha.
Pupuk kandang dapat pula diberikan langsung pada lubang tanam sebanyak 0,5-1 kg per lubang.
Pupuk buatan diberikan bersamaan dengan penanaman benih dan setelah tanaman berumur 1 bulan (tanaman telah memiliki 3-4 helai daun) dengan takaran sebanyak setengah dari anjuran.
Pemupukan yang dianjurkan adalah Nitrogen 70 kg/ha, Fosfor 110 kg/ha dan Kalium sebanyak 70 kg/ha.
Pupuk tersebut diberikan dengan cara 'dibenamkan' ke dalam tanah di sekeliling tanaman dengan jarak 5 cm dari pangkal batang.
Apabila dari pengamatan di lapangan terindikasi tanaman mengalami kekurangan unsur mikro tertentu, seperti klorosis pada daun muda, tulang daun hijau, ruas pendek dan kecil, yang merupakan pertanda tanaman mengalami defisiensi Fe, maka pupuk anorganik yang mengandung Fe dapat diberikan dalam bentuk cair melalui penyemprotan (foliar fertilizer).
4. Pemeliharaan
Benih yang ditanamkan setiap lubang lebih dari satu sehingga perlu dilakukan penjarangan tanaman, guna menghindari terjaidnya persaingan dalam mendapatkan air, unsur hara dan cahaya matahari.
Bibit yang tumbuhnya lebih lemah harus dibuang sehingga tingga satu tanaman yang sehat dan kuat saja yang ditinggalkan.
Timun yang habitusnya sebagai herba merambat, perlu diberi lanjaran sebagai temapat rambatannya.
Selain itu, perlu juga dilakukan pemangkasan untuk mendapakan pertumbuhan yang baik.
Cabang-cabang samping (bukan cabang utama), yang tumbuh pada ruas kesatu hingga ke lima perlu dibuang, sedangkan cabang anakan yang tumbuh pada ruas keenam tetap dibiarkan tumbuh.
Sementara itu, tunas-tunas muda (wiwilan) yang tumbuh pada ketiak daun perlu dipangkas seawal mungkin setiap 2-3 hari sekali.
Pada saat tanaman berumur 1,5 bulan setelah tanam, daun-daun pertama hingga keempat yang sudah mulai menguning hendaknya juga dipangkas.
Apabila tanaman telah mencapai ketinggian 1,5-2 meter atau telah memiliki 6-8 ruas batang, perlu dilakukan pemangkasan pucuk.
Pada prinsipnya, pemangkasan pada tanaman timun perlu dilakukan guna menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dengan generatif sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
Pengendalian hama dan patogen penyebab penyakit perlu dilakukan sejak dini sebelum terjadi serangan yang dapat merugikan secara ekonomi.
Baca Juga Disini : Cara Mudah Menanam Stoberi Yang Mudah Di Pekarangan Anda