Panduan Lengkap Cara Budidaya Lobster Air Tawar Bagi Pemula

Adapun pemeliharaan lobster menggunakan benih dari hasil tangkapan di alam. Benih dari hatchri masih sangat terbatas, karena produksi benih secara terkontrol baru dilakukan oleh beberapa perusahaan. 

Salah satu masalah dalam produksi benih lobster di hatchri adalah masa pemeliharaan larva yang panjang. 

Perkembangan darisubstadium yang satu ke substadium berikutnya terjadi secara bertahap dan membutuhkan waktu yang cukup panjang, sekitar 3-7 bulan.


A. Budidaya Lobster

Budidaya lobster untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi atau induk dapat dilakukan di keramba jala apung (KJA), bak, hampang, dan jaring kurung dasar (JKD). 

Umumnya lobster dibudidayakan di KJA dan bak. Benih yang digunakan umumnya berukuran 20-50 gram/ekor.

1. Budidaya Lobster di Keramba Jala Apung (KJA)

Untuk budidaya lobster di KJA, benih ukuran 20-50 gram/ekor di tebar dengan kepadatan 20-40 ekor/meter persegi, sedangkan benih ukuran 60-150 gram/ekor ditebar dengan kepadatan 10-20 ekor/meter persegi. 

Selama pemeliharaan, lobster diberikan pakan berupa ikan rucah, cumi-cumi, sotong atau kerang sebanyak 10-15% berat total lobster. 

Pakan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. Jumlah pakan lebih banyak di berikan pada sore hari menjelang malam. 

Karena lobster adalah hewan nokturnal yang aktif mencari makan pada malam hari. Pemeliharaan lobster di KJA berlangsung 4-7 bulan. Lobster dipanen ketika mencapai ukuran 400-500 gram/ekor.

2. Budidaya Lobster di Bak

Budi daya lobster di bak dapat menggunakan bak beton, bak papan yang dilapisi platik/terpal atau fiberglas. 

Benih lobster berukuran 20-50 gram/ekor ditebar sebanyak 20-40 ekor/meter persegi, sedangkan benih yang ukuran 60-150 gram/ekor diturunkan menjadi 10-20 ekor/meter persegi. 

Untuk mencegah saling memangsa, ukuran lobster yang ditebar dalam satu bak pemeliharaan harus seragam. 

Selain itu, harus dipilih lobster yang sehat dan tidak cacat fisik. Salah satu tandanya adalah gerakannya gesit dan warna tubuhnya mengkilat.

Selama pemeliharaan, pemberian pakan harus rutin. pakan yang diberikan berupa ikan ucah, cumi-cumi atau sotong sebanyak 10-15% berat total lobster di dalam bak., dan di beri pakan sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari.

Setiap 3-7 hari lobster moulting atau ganti kulit. Semakin sering terjadi ganti kulit, semakin cepat pertumbuhannya. 

Biasanya saat penebaran, ukuran lobster masih seragam, namun seiring dalam pertumbuhannya ukuran lobster tidak lagi seragam. 

Karena itu, setiap minggu dilakukan seleksi, sehingga ukuran lobster di dalam bak pemeliharaan tetap seragam. Dengan cara ini, kanibalisme dapat dikendalikan.

Pada saat lobster ganti kulit perlu diperhatikan. Lobster yang ganti kulit digiring ke dalam shelter agar tidak diganggu oleh lobster lain. 

Bila ada lobster lain yang mendekat segera diusir agar tidak mengganggu atau memangsanya.

Setelah di pelihara 4-7 bulan di dalam bak, lobster sudah dapat di panen. Caranya, menangkap satu persatu dengan menggunakan jaring. 

Lobster dijual dalam keadaan hidup setelah beratnya mencapai 400-500 gram/ekor atau 2-3 ekor/kg.

Lobster tergolong hewan yang tidak mudah stres dan mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Karena itu, bila penanganan dilakukan dengan baik, tingkat mortalitas (kematian) selama pemeliharaan cukup rendah, 10-15%. 

Dan, kematian pun bukan karena serangan penyakit atau kesalahan dalama pemeliharaan, melainkan karena penangkapan yang kurang hati-hati sehingga lobster terluka.



Panen dan Penanganan Hasil Panen

Panen lobster di KJA sama dengan panen ikan. Langkah persiapan pemanenan meliputi penyediaan sarana dan alat pemanen, misalnya serokan, bak air laut, aerator, timbangan dan perahu/kapal. 

Pemanenan di KJA sangat mudah. Setelah tali pemberat dilepas, tali keramba ditarik perlahan-lahan hingga lobster terkumpul pada satu bagian. 

Selanjutnya lobster di serok dengan serokan bermata halus sedikit demi sedikit, sehingga tidak menimbulkan luka dan cacat.


Hasil panen kemudian dijual kepada pembeli. Lobster dipasarkan dalam keadaan hidup maupun mati. Di negara-negara maju, lobster dipasarkan dalam keadaan beku, baik tanpa pemasakan (lobster segar yang dibekukan) maupun setelah pemasakan (lobster matang).

Dalam kondisi hidup, harga lobster lebih tinggi, jauh diatas harga lobster dalam kondisi mati. Namun, teknik penanganan lobster hidup sering kali menjadi kendala. 

Bila teknik penanganan lobster hidup tidak tepat, maka angka kematian dapat mencapai 80%.

Penanganan Lobster hidup

Penanganan lobster hidup perlu keterampilan. Sejak ditangkap/dipanen hingga sampai ke tangan konsumen, lobster harus di tangani dengan hati-hati sehingga tetap hidup. 

Lobster ditampung dalam wadah berupa ember, baskom, atau wadah lain yang berisi air laut segar. 

Bila waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ke tempat penampungan sementara cukup lama, lebih dari 2 jam, maka hendaknya pada wadah penampungan sementara dilengkapi dengan aerator, artinya wadah yang telah diisi lobster harus diaerasi.

Bila lobster tidak langsung di beli oleh pedagang pengumpul, yang telah biasanya mempunyai bak penampungan, maka sebaiknya disediakan wadah karantina/wadah penampungan sementara. 

Wadah karantina dapat dibuat dari papan yang dilapisi plastik, bak fibergals atau bak beton. Ukurannya tergantung kebutuhan. 


Sebagai patokan, sebuah bak karantina yang dibuat beton berukuran 3 x 5 meter dan kedalaman 1 meter dapat menampung lobster 600 kg. 

Bak karantina yang telah berisi lobster harus diaerasi, salinitas diatas 28 ppt dan suhu antara 24-28 derajat celcius. 

Perlakuan ini umumnya diterapkan selama 24 jam sebelum lobster di kirim ke eksportir.
Untuk pengiriman baik dengan transportasi darat maupun udara, lobster dikemas dengan teknik suhu dingin. 

Sebelum di kemas, lobster dibuat tidur/pingsan dengan cara menurunkan suhu air secara perlahan. Semprotkan air es ke dalam bak berisi lobster dan air bersuhu normal (22-23 derajat celcius) agar suhu air dalam bak perlahan-lahan turun. 

Setelah lobster tampak diam, penyemprotan dihentikan. Kondisi ini biasanya diperoleh dalam waktu 15-30 menit, dengan suhu air 15-18 derajat celcius. 

Setelah pingsan, lobster diangkat di dalam bak untuk dimandikan serbuk gergaji kering. Sebelum digunakan, serbuk gergaji harus dicuci bersih dan dijemur. 


Zat-zat racun dan sisa minyak yang dapat membahayakan lobster harus dihilangkan.

Setelah itu, lobster dibungkus dengan kertas koran. Lobster yang berukuran besar, diatas 500 gram/ekor, dibungkus satu persatu. 

Sedangkan yang berukuran 300-500 gram/ekor dibungkus 2-3 ekor/bungkus. Sementara untuk ukuran 100 gram tidak perlu dibungkus koran, cukup dicurah di dalam kotak sampai penuh. 

Lobster kemudian dimasukkan ke dalam kotak kemas streofoam berukuran 50x80cm. Sebelumnya kotak dialasi dengan dua lapis koran dan diberi es batu panjang (0,5kg) yang dibungkus koran pada semua sudut kotak. 

Meskipun saling bertindihan, lobster harus ditata dengan posisi telungkup.

Setelah penuh, bagian atasnya diberi satu lembar koran lagi, baru kotak ditutup dan diberi perekat (lakban) sekuatnya agar wadah tertutup rapat. 

Selanjutnya kotak dibungkus lembaran plastik dan diberi perekat atau lakban. Lobsterpun siap dikirim.


Untuk menjamin tingkat kelulusan hidup yang lebih tinggi, penanganan pengemasan ini harus dilakukan secepat mungkin. 

Maksudnya agar lobster yang telah pingsan tidak banyak terpengaruh oleh suhu lingkungan yang dapat mempercepat kesadarannya. 

Biasanya satu kotak berukuran 50 x 80 cm berisi 16-19 kg lobster, tergantung ukurannya. Bila penanganan cepat dan baik, maka kelulusan hidup lobster mencapai diatas 90% selama pengangkutan 24 jam.